Dengan statusnya sebagai Intellectual Property (IP) dengan pendapatan terbesar di dunia, langkah Nintendo untuk menuntut perusahaan kecil sering kali memicu pertanyaan: “Apakah ini soal perlindungan IP atau sekadar menjaga dominasi pasar?” Di tengah dunia pop culture yang terus berkembang—dari game hingga film dan mainan—muncul perusahaan-perusahaan baru yang mencoba menyegarkan industri ini dengan inovasi. Namun, ketika kesegaran tersebut dianggap memiliki kemiripan dengan IP-IP terkenal, diskusi pun memanas.
Para penggemar, yang selalu haus akan hal-hal baru, cenderung berpihak pada pendatang baru, bahkan ketika mereka dituding melanggar IP, seperti Hak Cipta dan/atau Paten dari karya-karya besar yang sudah ada. Baru-baru ini, Nintendo, pemilik IP Pokémon, melayangkan gugatan terhadap Pocketpair, pengembang game Palworld, yang oleh para gamer dijuluki sebagai “Pokemon Bersenjata.” Tuduhan pelanggaran Paten ini mengemuka karena karakter-karakter dalam Palworld dianggap memiliki banyak kemiripan dengan Pokémon, namun membawa senjata,
Tapi apakah unsur itu yang membuat Palword digugat Nintendo? Apakah benar ada pelanggaran Paten di sana?
Palworld pertama kali rilis di Windows, Xbox One, pada Xbox Series X/S di bulan Januari 2024, dan sukses terjual sebanyak 8 juta kopi hanya dalam waktu 6 (enam) hari sejak tanggal perilisannya. Game ini pun berencana merambah konsol PlayStation 5 mulai September 2024. Tapi jadwal perilisan ini akhirnya terhambat…
Karena sejak September itu pula Nintendo mengajukan gugatan melalui Pengadilan Distrik Tokyo, menuntut agar Pocketpair menghentikan distribusi Palworld di Jepang dan membayar kompensasi atas kerugian yang ditimbulkan.
Gugatan tadi mulai menarik perhatian publik setelah Florian Mueller, seorang “Aktivis Paten” yang kerap mengadvokasi gugatan terhadap pengembang game kecil, menyebutnya sebagai “pembulian yang kasat mata,” dan komunitas gamer terpengaruh opininya.
Gugatan Pelanggaran Paten yang Diajukan Nintendo
Nintendo menyatakan bahwa Palworld telah melanggar tiga Paten yang melindungi mekanisme permainan dari game Pokémon sebagai berikut:
- Paten No. JP7545191B1: kegiatan melempar bola ke karakter di lapangan
- Paten No. JP7493117B2: mekanisme penguncian atau penargetan
- Paten No. JP7528390B2: mekanisme mengendarai karakter
Nintendo kemudian menuntut Pocketpair membayar denda sebesar 5 juta Yen untuk setiap pelanggaran Paten, ditambah biaya keterlambatan. Mereka juga menginginkan agar distribusi Palworld dihentikan di Jepang. Namun Pocketpair menolak gugatan tersebut dengan argumen “Prior Art.”
Kontroversi Validitas Paten Pokemon
Florian Mueller dalam blognya mengkritik gugatan ini dengan menyatakan bahwa Paten yang diklaim Nintendo tidak layak disebut inovasi teknologi memiliki kebaruan, atau dengan kata lain tidak layak mendapatkan perlindungan Paten. Menurutnya, paten-paten tersebut hanya mengatur mekanisme permainan dasar yang sebenarnya umum dalam industri video game, seperti menangkap dan mengendarai karakter. Di banyak negara, termasuk Jepang, Paten atas mekanisme permainan seperti ini, biasanya tidak dapat diberikan. Namun karena Nintendo adalah perusahaan besar, maka Mueller menduga ada keistimewaan.
Jika Nintendo berhasil memenangkan kasus ini, Mueller memperingatkan bahwa hal ini dapat menjadi preseden buruk dalam industri game, karena mekanisme permainan dasar ternyata dapat dipatenkan, dan membuka jalan bagi lebih banyak gugatan atas game-game yang menggunakan elemen gameplay yang serupa. Dengan kata lain, hal ini bisa menjadi langkah awal untuk membatasi inovasi dalam desain permainan dan menimbulkan ketakutan di kalangan pengembang game yang ingin menggunakan mekanisme serupa.
Dasar Penggunaan Argumen “Prior Art” oleh Pocketpair
Pocketpair mengklaim bahwa Palworld sudah diumumkan sejak tahun 2021, atau 6 (enam) bulan sebelum Nintendo mengajukan paten-paten tersebut, dengan istilah yang lazim dikenal sebagai “Prior Art” atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Teknik Terdahulu.” Namun argumen ini juga tidak mudah untuk dibuktikan, karena Pocketpair harus menunjukkan deskripsi yang sangat spesifik tentang bagaimana fitur-fitur tersebut diterapkan untuk dianggap sebagai Teknik Terdahulu. Misalnya dengan menunjukkan bukti dari Paten lain yang sudah ada atau sudah dimohonkan sebelumnya, artikel jurnal ilmiah, buku, penggunaannya di publik, sehingga dapat membuktikan bahwa Paten milik Nintendo tidak memiliki langkah inventif, sehingga tidak sah untuk mendapatkan Paten.
Namun Mueller mengingatkan, kasus ini dapat memakan waktu bertahun-tahun jika tidak ada kesepakatan, dan yang akan menderita kerugian terbesar adalah Palword, karena akan kehilangan potensi penjualannya di konsol PS5. Ditambah lagi Nintendo memang terkenal serius dalam melindungi IP-IP miliknya.
Karena bukan tidak mungkin, kesuksesan valuasi seratus milyar dollar dari Pokemon adalah hasil dari perlindungan maksimal yang dilakukan oleh Nintendo. Bagaimana mereka memaksimalkan IP, mendapatkan keuntungan dan royalti dari setiap inovasi yang mereka punya, adalah kunci suksesnya selama ini.
Maka dari itu, jika Anda juga bergerak di industri kreatif dan inovatif, kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga. Dimana IP dapat menjadi sesuatu yang bernilai besar jika kita benar-benar tahu bagaimana cara mendapatkan perlindungan secara maksimal dan menjaganya sebaik mungkin. Karena dari sanalah kita bisa mendapatkan royalti dari inovasi-inovasi yang kita patenkan.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut terkait pendaftaran dan/atau perlindungan Paten, Anda dapat menghubungi kami melalui emal: [email protected].
Sumber: