Siapa yang tidak kenal Coachella? Festival musik di California, Amerika Serikat yang kerap menghadirkan artis papan atas kelas dunia. Dikenal sebagai festival “eksklusif”, karena penonton harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk bisa mendapatkan tiketnya.
Sedangkan di Washington D.C., ada event dengan nama yang mirip, yaitu Moechella. Didirikan oleh Justin Johnson atau biasa dikenal dengan nama Yaddiya, Moechella didirikan dengan latar belakang protes terhadap serangan rasis yang kerap dialami oleh sebagian warga Washington D.C.
Nama Moechella sendiri adalah “plesetan” dari Coachella, yang notabene festival musik papan atas yang dihadiri oleh selebritas dari seluruh penjuru dunia. Berbanding terbalik dengan Coachella, Moechella adalah festival musik jalanan. Penonton hanya perlu datang tanpa membayar tiket. Jadi, nama Coachella vs Moechella yang mirip ini bukanlah suatu kebetulan. Namun didasari parodi.
Pada bulan April 2021, Justin Johnson mendaftarkan Trademark “Moechella” ke U.S. Patent and Trademark Office. Namun, permohonan Merek tersebut ditolak karena adanya keberatan dari pemilik Merek Coachella.
Pada tanggal 19 Juni 2022, terjadi sebuah kejadian naas di gelaran festival Moechella. Seorang remaja harus tewas meregang nyawa karena menjadi korban penembakan senjata api.
Hal inilah yang menjadi dasar Coachella menggugat Moechella. Pihak Coachella khawatir brand mereka terdampak reputasi buruk dari kejadian penembakan di Moechella, karena memang nama keduanya terdengar mirip. Bahkan font di logo keduanya pun bisa dibilang hampir mirip.
Buntut dari gugatan ini, Justin Johnson setuju untuk tidak lagi menggunakan nama Moechella pada merchandise yang mereka jual.
Pelajaran yang dapat diambil dari contoh kasus ini adalah untuk menghindari potensi pendomplengan Merek terkenal, meskipun Merek yang digunakan awalnya hanyalah “plesetan” semata. Itikad tidak baik pada dasarnya dapat digunakan sebagai dasar penolakan Merek di banyak negara, termasuk di Indonesia.
Sumber: